Entri Populer

Jumat, 11 Februari 2011

SEKILAS TENTANG LEGU GAM

LEGU GAM 2011
PESONA KIE RAHA, PESONA NUSANTARA
Oleh:
Ir. Arifin Djafar, MBA &
Rinto Taib, S.Sos. Msi

Sekilas Tentang LEGU GAM 2011
LEGU GAM (pesta rakyat) secara historis merupakan manifestasi kebudayaan daerah yang dilakukan sebagai tradisi adat istiadat Maluku Kie Raha (Maluku Utara) yang melibatkan pihak kerajaan / kesultanan sebagai pranata sosial masyarakat adat. Legu Gam mengandung arti sebagai Pesta Rakyat yang dilakukan dalam bentuk tari-tarian atau biasa disebut Tarian Legu. Tarian Legu berbeda dengan tarian lainnya yang biasa dipentaskan dalam segala kesempatan. Tarian Legu biasanya dipentaskan dalam tiga acara dan ketiganyapun bertingkat sifatnya. Acara tingkat pertama adalah Doru Gam yaitu berupa kunjungan Sultan ke daerah-daerah tertentu. Tingkatan kedua adalah Kololi Kie yaitu kegiatan mengelilingi gunung. Kegaiatan ini dilakukan jika kondisi rakyat sudah sangat gawat, seperti ketika Gunung Gamalama meletus. Acara tingkat ketiga adalah Fere Kie, Sultan memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Meskipun dilakukan kala mengelilingi dan mendaki gunung, kedua acara yang disebutkan terakhir tersebut bukanlah ritual animisme, sebab Do’a atau permohonan hanya semata-mata disampaikan kepada Allah sebagai Zat yang menguasai alam semesta. Gunung hanyalah salah satu simbol kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta.
Tarian yang dipentaskan merupakan rangkaian yang gerakannya menyerupai kepakan sayap burung. Menurut legenda, tarian ini merupakan simbol dari turunnya burung berkepala dua (Guheba) yang menjadi simbol kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan). Dalam tarian tersebut, disampaikanlah kritik-kritik kepada Sultan yang dikemas dalam bentuk syair dengan diiringi alunan musik tifa. Para penari adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari keluarga Sultan. Tarian Legu dipentaskan ketika Sultan selesai melakukan upacara tersebut diatas. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sultan tidak diperkenankan berdiri sebelum tarian Legu berakhir. Hal ini bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan dalam syair tarian tersebut dipahami, dihayati dan menjadi bahan introspeksi Sultan dalam menjalankan kepemimpinannya. Kini Event Legu Gam menjadi hajatan setiap tahun terutama pada acara perayaan hari ulang tahun Sri Sultan Ternate yang dilaksanakan secara besar-besaran hingga kini memasuki tahun ke-9 (sembilan) ditahun 2011 dengan tema: PESONA KIE RAHA, PESONA NUSANTARA.
LEGU GAM yang diselenggarakan pada setiap tahunnya merupakan pesta rakyat sebagai manifestasi kecintaan rakyat (Bala Kusu se Kano-kano) terhadap Paduka Yang Mulia Baginda Sultan Ternate dengan menampilkan berbagai paket kegiatan diantaranya: pentas seni budaya berupa tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, pameran kerajinan lokal karya putera-puteri daerah, hingga kegiatan Seminar Nasional dan Bedah Buku yang menghadirkan pembicara-pembicara dari kalangan akademisi, politisi dan budayawan nasional. Tema-tema yang ditampilkan dalam Seminar Nasional tersebut adalah pilihan tema yang dianggap relevan dengan isu-isu lokal, nasional dan menjadi diskursus internasional. Dengan demikian, Legu Gam selain mengandung berbagai unsur hiburan (entertainment) juga mengandung unsur pendidikan (edutainment). Sungguh merupakan event yang sangat penting terlebih jelang Sail Indonesia 2012.
Sail Indonesia 2012 di Morotai merupakan peluang promosi pariwisata daerah yang menggembirakan, karenanya langkah-langkah strategis pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan di Kota Ternate sebagai salah satu pintu masuk sekaligus “penentu” kesuksesan Sail 2012 secara konkrit, terarah dan berkesinambungan kini gencar dilakukan tidak terkecuali Panitia Legu Gam 2011 sebagai rangkaian sosialisasi Sail Indonesia 2012 tersebut. Hal ini dilakukan sebagai wujud panggilan moral dan tanggungjawab profesional dari panitia Legu Gam yang telah eksis mensukseskan event ini selama sembilan tahun terakhir. Melalui Legu Gam masyarakat Kota Ternate dipersiapkan untuk semakin menumbuhkan semangat lokalitas mewujudkan visi membangun kota Ternate sebagai Kota Budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar